TBC
(TUBERCULOSIS)
RUANG 305
KELOMPOK
2
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2012-2013
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan atas limpahan rahmat dan
berkahnya yang diberikan kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
yang berjudul “Tuberculosis”.
Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Sistem Kardiovaskuler II. Terimakasih kami
sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
makalah ini baik yang terlibat secara langsung maupun yang tidak.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan
yang kami miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya makalah yang lebih baik
lagi.
Jakarta Selatan, Oktober
2012
Tim
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit
TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang
pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta
dimana saja. Di Indonesia khususnya, Penyakit ini terus berkembang setiap
tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru diantaranya 140.000
menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar ketiga didunia
dalam masalah penyakit TBC ini.
Penyakit
TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa, Bakteri ini berbentuk
batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam
(BTA).
2. Rumusan Masalah
· Apa
Definisi TBC?
· Bagaimana
etiologi TBC?
· Bagaimana
patosiologi TBC?
· Apa
gejala-gejala TBC?
· Bagaimana
perawatan TBC?
· Bagaimana
langkah preventif yang sudah dilakukan oleh warga masyarakat, terutama keluarga
terhadap penyakit TBC?
3. Tujuan
Setelah mempelajari tentang angiografi diharapakan dapat :
· Untuk
menjelaskan definisi TBC
· Untuk
menjelaskan etiologi TBC
· Untuk
menjelasan patosiologi TBC
· Untuk
menjelaskan gejala-gejala TBC
· Untuk
menjelaskan perawatan TBC
· Untuk
mengetahui langkah preventif yang sudah dilakukan oleh warga masyarakat,
terutama keluarga terhadap penyakit TBC?
BAB II
TUBERCULOSIS
(TBC)
1. Definisi
Tuberculosis adalah
penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang hampir seluruh organ
tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah paru-paru (IPD,
FK, UI).
Tuberculosis adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala
yang sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999).
Penyakit infeksi menular
pada system pernapasan yang disebabkan oleh mycobakterium tuberculosis yang
dapat mengenai bagian paru (Hidayat, Aziz Alimul A, 2006)
Penyakit infeksi menular
yang disebabkan oleh mycobakterium tuberculosis (Price, Sylvia Anderson, 2005)
Jadi,
TBC adalah penyakit paru menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
Tuberculosis.
2. Etiologi
Penyebab tuberculosis
adalah mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Sepsis lain kuman ini yang dapat
memberikan infeksi bagi manusia adalah Mycobakterium bovis, mycobacterium
kansasii, mycobacterium intracellulare. Sebagian besar kuman terdiri dari asam
lemak (lipid).lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan
lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman dapat tahan hidup
pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat bertahan bertahun-tahun
dalam lemari es). Hal ini terjadi karna kuman berada dalam sifat dormant. Dari
sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif
lagi. Didalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intracellulare yakni
dalam sitoplasmamakrofek. Makrofek yang semula memfagositasi malah kemudian
disenangi Karena bayank mengandung lipid.
Sifat lain kuman ini
adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apical
paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lain, sehingga bagian apical ini
merupakan tempat redileksi penyakit tuberculosis.
3. Patofisiologi
1. Tuberkulosis Primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karana kuman
dibatukkan atau dibersihkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara.partikel
infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana
lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sapai berbulan-bulan.
Bila partikel infeksi ini hisap oleh orang
sehat, ia akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kebanyakan partikel
ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakeo-bronkial
berserta gerakan siliadengan sekretnya. Kuman dapat juga masuk melalui luka
pada kulit atau mukosa tapi hal ini sangat jarang terjadi.
Bila kuman menetap dijaringan paru, ia bertumbuh
dan berkembang baik dalam sitoplasma makrofag. Disisni ia akan terbawa masuk
keorgan tubuh lainnya. Kuman yang bersarang dijaringan paru-paru akan membentuk
sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer ini dapat terjadi
dibagian mana saja jaringan paru.
Dari sarang primer akan timbul peradangan
saluran getah bening menuju hilus (limfangitis local), dan juga diikuti
pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang primer +
limfadenitis local + limfadenitis regional =kompleks primer.
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi:
1. Sembuh sama sekali tanpa
meninggalkan cacat
2. Sembuh dengan
meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotic, klasifikasi di hilus
atau kompleks (sarang) Ghon.
3. Berkomplikasi dan
menyebar secara:
a. Per kontinuitatium ,
yakni menyebar kesekitarnya.
b. Secara bronkogen pada
paru yang bersangkutan maupun paru disebelahnya. Dapat juga kuman tertelan
bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus.
c. Secara limfogen, keorgan
tubuh lainnya.
d. Secara hematogen,
keorgan tubuh lainnya
Semua kejadian diatas tergolong dalam perjalanan tuberculosis
primer.
2. Tuberkulosis Post-Primer
Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan
muncul betahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis
dewasa (tuberculosis post-primer). Tuberculosis post-primer ini mulai dengan
sarang dini yang berlokasi diregio atas paru-paru (bagian apical posterior
lobus superior atau inferior). Invasinya adalah kedaerah parenkim paru-paru dan
tidak kenodus hiler paru.
Serangan dini ini
mula-mula juga berbentuk sarangan pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini
menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan
sel datia-langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel
limfisot dan bermacam-macam jaringan ikat.
Tergantung dari jumlah
kuman, vilurensinya dan imunitas penderita, sarang dini ini dapat menjadi :
1. Diresorpsi kembali dn
sembuh tanpa meninggalkan cacat.
2. Sarang yang mula-mula
meluas, tetapi segera menyembuh dengan sebukan jaringan fibrosis.
Ada yang membungkus diri menjadi lebih keras, menimbulkan
perkapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran.
3. Sarang dini yang meluas
dimana granuloma berkembang menghancurkan jaringan sekitarnya dan bagian
tengahnya mengalami nekrosis, dan menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila
jaringan keju dibatukan keluar akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula
berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan
fibronlas dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik.
Kavitas dapat :
a. Meluas kembali dan menimbulkan
sarang pneumonia baru. Sarang ini selanjutnya mengikiti perjalanan sepertinya
yang disebutkan terdahulu.
b. Memadat dan membungkus
diri sehingga menjadi tiberkuloma. Tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuh
atau dapat aktif kembali menjadi cairan dan jadi kavitasi lagi.
c. Bersih dan menyembuh,
disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuh dengan membukus diri dan
menjadi kecil. Kadang-kadang berakhir sebagai kavitas yang terbungkus, menciut,
dan terbentuk seperti bintang, disebut stellate shaped.
Secara keseluruhan akan terdapat 3macam sarang yakni :
1. Sarang yang sudah
sembuh. Sarang berbentuk ini tidak perlu pengobatan lagi.
2. Sarang aktif eksudatif.
Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna.
3. Sarang yang berada antara
aktif dan sembuh.
Sarang bentuk ini dapat sembuh spontan, tapi meningat kemungkinan
terjadinya eksaserbasi kembali, sebaliknya diberi pengobatan yang sempurna
juga.

4. Klasifikasi Tuberkulosis
Sampai sekarang belum
ada kesepakatan diantara para klinikus, ahli radiologi, ahli patologi,
mikrobiologi, dan ahli kesehatan masyarakattentang keseragaman klasifikasi
tuberculosis seperti :
1. - Tuberculosis
primer (childhood tuberkolusis
- Tubekulosis
post-primer (adult tuberculosis).
2. Tuberkulosis paru (Koch
Pulmonum) aktif, non aktif dan quiescent.
3. - Tuberculosis
Minimal.
Terdapat bagian kecil infiltrasi non kavitas pada satu paru maupun
kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
- Moderately advanced
tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4cm. jumlah
infiltrasi bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya
kasar sepertiga bagian satu paru.
- Far advanced
tuberculosis
Terdapat infiltrasi dan kavitas yang melebihi keadaan pada
moderately advanced tuberculosis.
Klasifikasi tersebut diatas masing-masing lebih
dititik beratkan pada bidang patologi,mikrobiologi dan radiologi. Pada tahun
1974 America Thoracis Society memberikan klasifikasi kesehatan masyarakat.
- Kategori 0 : tidak
pernah terpapar, dan tidak terinfesksi. Riwayat kontak negative, tes tuberculin
negative.
- Kategori I : terpapar
tuberculosis, tapi tidak terbukti ada infeksi. Disini riwayat kontak positif,
tes tuberkulin positif, radiologis dan sputum
negative.
- Kategori II : terinfeksi
tuberculosis, tapi tidak sakit. Tes tuberculin positif, radiologis dan sputum
negatif.
- Kategori III :
terinfeksi tuberculosis dan sakit.
Diindonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah :
Ø Tuberculosis paru.
Ø Bekas tuberculosis paru
Ø Tuberculosis paru tersangka, yang terbagi dalam :
a. Tuberkulosisi paru
tersangka yang diobati.
Disini sputum BTA negatif tapi tanda-tanda lain positif.
b. Tuberculosis paru
tersangka yang tidak diobati.
Disini sputum BTA negatn tanda-tanda lain juga meragukan.
Dalam
klasifikasi ini perlu dicantumkan :
- Status bakterilogis
mikroskopik sputum BTA (langsung).
Biakan sputum BTA
- Status radiologik ,
kelainan yang relevan untuk tuberculosis paru.
- Status kemoterapi,
riwayat pengobatan dengan obat anti tuberculosis.
5. Manifestasi
Klinis
Keluhan yang dirasakan
penderita tuberculosis dapat bermacam – macam atau malah tanpa keluhan sama
sekali.
Keluhan yang terbanyak adalah :
1) Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tapi kadang –
kadang panas badan dapat mencapai 40-41Oc Serangan demam
pertama dapat tumbuh kembali, begitulah seterusnya hilang timbulnya
demam influenza ini. Sehingga penderita merasa tidak pernah terbebas dari
serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh
penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosisi yang masuk .
2) Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membaung produk-produk radang keluar.
Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk
baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
setelah berminggu – minggu atau berbulan - bulan peradangan bermula.
Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering ( non- produktif ) kemudian setelah
timbul peradangan menjadi produktif ( menghasilkan sputum ). Keadaan yang
lanjut adalah batuk darah ( hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah
yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tapi
dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus
3) Sesak nafas.
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak
nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya Udah setengah bagian paru-paru.
4) Nyeri dada.
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila
infiltrasi radang sudah sampai kepleura sehingga menimbulkan pleritis.
5) Malaise.
Penyakit tuberculosis bersifatb radang yang menahun. Gejala
malaise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin
kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keingat malam
dll. Gejala malaise ini makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak
teratur.
6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik
penderita sering tidak menunjukan suatu kelainan pun terutama pada kasus-kasus
yang dini atau yang sudah terinfiltarassi secara asimtomatik. Demikian juga
bila sarang penyakit terletak didalam, aakan sulit menemukan kelinan pada
pemeriksaan fisik, karena hantaran getaran yang lebih dari 4cm dalam paru sulit
dinilai secara palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Tempat kelainan yang
paling dicurigai adalah abagian apekx(puncak)paru. bila dicurigai adanya
infiltrasi yang agak luas, didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara
nafas yang bronchial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronki
basah kasar dan nyaring. Tetapi biloa infiltarsi ini diliputi oleh penebalan
pleura suara nafasnya menjadi vesicular melemah. Bila terdapat kavitas yang
cukup besar. Perkusi member suara hipersonor atau timpani dan auskultasi
memberi suara amforik.
Pada tuberculosis paru
yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi
otot-otot interkostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan menarik isi
mediastinum atau paru lainnya. Paru yang sehat menjadi lebih hiperinflasi. Bila
jaringan fibrotic amat luas yakni lebih dari setengah jumlah jaringan
paru-paru.→meningkatnya tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal)→terjadi
cor pulmonal→gagal jantung kanan. Disini akan didapatkan tanda-tanda cor
pulmonal dengan gagal jantung kanan seperti : takipnea, takikardi, sianosis,
right ventricular lift, ringt atrial gallop, graham-steel murmur, bunyi P2 yang
mengeras, tekanan vena jugularis,yang meningkat, hepatomegali, asites, dan
edema.
Bila tuberculosis
mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura, paru yang sakit terlihat agak
tertinggal didalam pernafasan. Perkusi memberikan suara pekak. Auskultasi
memberikan suara nafas yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali.
7. Pemeriksaan
Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Kultur Sputum : Positif
untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
- Ziehl-Neelsen (pemakaian
asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif untuk basil
asam-cepat.
- Tes kulit (Mantoux,
potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar,
terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa
lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit
aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB
aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang
berbeda.
- Anemia bila penyakit
berjalan menahun
- Leukosit ringan dengan
predominasi limfosit
- LED meningkat terutama
pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.
- GDA : mungkin abnormal,
tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
- Biopsi jarum pada
jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan
nekrosis.
- Elektrolit : Dapat tak
normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia
disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis
luas.
b. Radiologi
- Foto thorax : Infiltrasi
lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi
cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa.
Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan
fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan
diafragma menonjol ke atas.
- Bronchografi : merupakan
pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena
TB.
- Gambaran radiologi lain
yang sering menyertai TBC adalah penebalan pleura, efusi pleura atau
empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau
pleura).
c. Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan
rasio udara residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap
infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.
TES TUBERKULIN (TEST
MANTOUX)
Uji tuberkulin (tuberculin
skin test/TST) merupakan alat diagnostik yang sampai saat ini mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi untuk mendiagnosis adanya infeksi
tuberkulosis. Pertama kali Robert Koch membuat filtrat dari kultur
Mycobacterium tuberculosis dengan tujuan sebagai terapi. Pada penerapannya,
tenyata pemberian tuberkulin yang bertujuan menyembuhkan menimbulkan reaksi
sistemik seperti demam, nyeri otot, mual dan muntah sedangkan mereka yang tidak
sakit tidak menunjukkan reaksi tersebut. Akhirnya pada perkembangannya
tuberkulin digunakan sebagai alat diagnostik dengan mengaplikasikannya secara
lokal untuk mencegah reaksi sistemik.
Test mantoux adalah suatu
cara yang digunakan untuk mendiagnosis TBC. Tes mantoux itu dilakukan dengan
menyuntikan suatu protein yang berasal dari kuman TBC sebanyak 0,1ml dengan
jarum kecil di bawah lapisan atas kulit lengan bawah kiri.
Tujuan
Tujuan dari tes mantoux ini
adalah sebagai salah satu cara untuk mendiagnosis infeksi TBC. Kenapa
salah satu? Karena ternyata tidak mudah untuk mendiagnosis TBC sehingga perlu
banyak faktor untuk mengetahui pasti bahwa seseorang memang terinfeksi TBC dan
harus menjalani pengobatan. Hasil tes Mantoux saja tidak bisa digunakan untuk
menegakkan diagnosis karena kadang hasil tes ini memberikan hasil negatif palsu
atau positif palsu. Hasil pemeriksaan tes mantoux ini harus didukung dengan
keluhan, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium yang ada.
Lokasi dan cara penyuntikan Test Mantoux
Lokasi penyuntikan tes
mantoux umumnya adalah pertengahan bagian atas, lengan bawah kiri bagian depan.
Penyuntikan dilakukan intrakutan (ke dalam kulit).
Cara melakukan uji tuberkulin metode mantoux
(Tes Mantoux)
1. Siapkan
0,1 ml PPD ke dalam disposable spuit ukuran 1 ml (3/8 inch 26-27 gauge)
2. Bersihkan
permukaan lengan volar lengan bawah menggunakan alcohol pada daerah 2-3 inch di
bawah lipatan siku dan biarkan mengering
3. Suntikkan
PPD secara intrakutan dengan lubang jarum mengarah ke atas. Suntikan yang benar
akan menghasilkan benjolan pucat, pori-pori tampak jelas seperti kulit jeruk,
berdiameter 6-10 mm
4. Apabila
penyuntikan tidak berhasil (terlalu dalam atau cairan terbuang keluar) ulangi
suntikan pada tempat lain di permukaan volar dengan jarak minimal 4 cm dari
suntikan pertama.
5. Jangan
lupa mencatat lokasi suntikan yang berhasil tersebut pada rekam medis agar
tidak tertukar saat pembacaan. Tidak perlu melingkari benjolan dengan
pulpen/spidol karena dapat mengganggu hasil pembacaan.
8. Penatalaksanaan
Medis
a. Farmakologi
Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuberculosis ,
yaitu sebagai berikut:
- Aktivitas bakterisid
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh
(metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakteriosid biasanya diukur dengan
kecepataan obat tersebut membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada
pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan dari permulaan
pengobatan).
- Aktivitas sterilisasi
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya
lambat (metabolismenya kurang aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka
kekambuhan setelah pengobatan dihentikan.
Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam
obat saja. Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi
resistensi. Untuk mencegah terjadinya resistensi ini, terapi tuberculosis
dilskukan dengan memakai perpaduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang
bersifat bakterisid. Dengan memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi
awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat
atau lebih serta pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH
b. Penyuluhan
c. Pencegahan
d. Pemberian obat-obatan
- OAT (obat anti
tuberculosis)
Obat
|
Dosis harian
(mg/kgBB/hari)
|
Dosis 2x/minggu
(mg/kgBB/hari)
|
Dosis 3x/minggu
(mg/kgBB/hari)
|
INH
|
5-15 (maksimal 300 mg)
|
15-40 (maksimal 900 mg)
|
15-40 (maksimal 900 mg)
|
Rifampisin
|
10-20 (maksimal 600 mg)
|
10-20 (maksimal 600 mg)
|
15-20 (maksimal 600 mg)
|
Pirazinamid
|
15-40 (maksimal 2 gr)
|
50-70 (maksimal 2 gr)
|
15-30 (maksimal 2 gr)
|
Etambutol
|
15-25 (maksimal 2,5 gr)
|
50 (maksimal 2,5 gr)
|
15-25 (maksimal 2,5 gr)
|
Streptomisin
|
15-40 (maksimal 1 gr)
|
25-40 (maksimal 1,5 gr)
|
25-40 (maksimal 1,5 gr)
|
- Bronchodilator
- Ekspectoran
- OBH (obat batuk hitam)
- Vitamin
e. Fisioterapi dan
rehabilitasi
f. Konsultasi secara
teratur.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
DATA
SUBJEKTIF
|
DATA
OBJEKTIF
|
Pasien mengeluh demam ringan (meriang)
Pasien mengeluh badan terasa letih
Pasien mengeluh anoreksia
Pasien mengeluh berat badan menurun
Pasien mengeluh keringat malam hari
Pasien mengeluh batuk menetap disertai darah
Pasien mengatakan tempat tinggal nya tergolong kumuh,
ventilasi dan pencahayaan kurang
|
Data yang perlu dikaji :
1. Aktivitas/istirahat:
Subjektif:
a. Kelelahan
umum dan kelemahan
b. Dispnea
saat kerja maupun istirahat
c. Kesulitan
tidur pada malam hari atau demam pada malam hari, menggigil dan atau
berkeringat
d. Mimpi
buruk
Objektif:
a. Takikardia,
takipnea/dispnea pada saat kerja
b. Kelelahan
otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)
2. Sirkulasi
Subjektif:
Palpitasi
Objektif:
a. Takikardia,
disritmia
b. Adanya
S3 dan S4, bunyi gallop (gagal jantung akibat effusi)
c. Nadi
apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal
d. Tanda
Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat adanya udara dalam mediatinum)
e. TD:
hipertensi/hipotensi
f. Distensi
vena jugularis
3. Integritas
ego:
Subjektif:
a. Gejala-gejala
stres yang berhubungan lamanya perjalanan penyakit, masalah keuangan, perasaan
tidak berdaya/putus asa, menurunnya produktivitas.
Objektif:
a. Menyangkal
(khususnya pada tahap dini)
b. Ansietas,
ketakutan, gelisah, iritabel.
c. Perhatian
menurun, perubahan mental (tahap lanjut)
4. Makanan
dan cairan
Subjektif:
a. Kehilangan
napsu makan
b. Penurunan
berat badan
Objektif:
a. Turgor
kulit buruk, kering, bersisik
b. Kehilangan
massa otot, kehilangan lemak subkutan
5. Nyeri
dan Kenyamanan:
Subjektif:
a. Nyeri
dada meningkat karena pernapsan, batuk berulang
b. Nyeri
tajam/menusuk diperberat oleh napas dalam, mungkin menyebar ke bahu, leher atau
abdomen.
Objektif:
a. Berhati-hati
pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
6. Pernapasan:
Subjektif:
a. Batuk
(produktif atau tidak produktif)
b. Napas
pendek
c. Riwayat
terpajan tuberkulosis dengan individu terinfeksi
Objektif:
a. Peningkatan
frekuensi pernapasan
b. Peningkatan
kerja napas, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, leher, retraksi
interkostal, ekspirasi abdominal kuat
c. Pengembangan
dada tidak simetris
d. Perkusi
pekak dan penurunan fremitus, pada pneumothorax perkusi hiperresonan di atas
area yang telibat.
e. Bunyi
napas menurun/tidak ada secara bilateral atau unilateral
f. Bunyi
napas tubuler atau pektoral di atas lesi
g. Crackles
di atas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (crackels
posttussive)
h. Karakteristik
sputum hijau purulen, mukoid kuning atau bercak darah
i. Deviasi
trakeal
7. Keamanan
Subjektif:
Kondisi
penurunan imunitas secara umum memudahkan infeksi sekunder.
Objektif:
Demam ringan atau demam akut.
8. Interaksi
Sosial
Subjektif:
a. Perasaan
terisolasi/penolakan karena penyakit menular
b. Perubahan
aktivitas sehari-hari karena perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
c. Penyuluhan/pembelajaran
Objektif:
a. Riwayat
keluarga TB
b. Ketidakmampuan
umum/status kesehatan buruk
c. Gagal
untuk membaik/kambuhnya TB
d. Tidak
berpartisipasi dalam terapi.
2. Diagnosa Keperawatan
DATA FOKUS
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
DS :
Pasien mengeluh batuk disertai darah
Timbul
keluhan sesak napas
Timbul
keluhan adanya sekret di saluran napas
DO :
Suara napas abnormal (ronchi, rales, wheezing)
Frekuensi napas : >20x/menit
Dispnea
|
Bersihan jalan napas tidak efektif
|
Penumpukan sekret
|
DS :
Pasien mengeluh badan terasa letih
Pasien mengeluh anoreksia
Pasien mengeluh berat badan menurun
Pasien mengatakan tidak napsu makan.
Pasien mengatakan makanan yang disediakan tidak habis.
DO :
Adanya sisa makanan dalam tempat makan pasien (makan
kurang dari porsi yang dianjurkan)
Adanya penurunan berat badan.
Penurunan laboratorium darah (albuminemia)
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Perasaan mual
Batuk produktif
|
Subjektif :
Kelelahan umum dan kelemahan
Dispnea saat kerja maupun istirahat
Kesulitan tidur pada malam hari atau demam pada malam
hari, menggigil dan atau berkeringat
Mimpi buruk
Objektif:
Takikardia, takipnea/dispnea pada saat kerja
Kelelahan otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)
|
Intoleransi aktivitas
|
Keletihan / kelamahan
|
DS :
Pasien mengatakan tempat tinggal nya tergolong kumuh,
ventilasi dan pencahayaan kurang
DO :
Rumah tinggal pasien kumuh
|
Resiko penyebaran infeksi
|
Paparan lingkungan
|
DS :
Pasien mengatakan sudah sejak lama mengalami gejala
ini,
Tidak mempunyai biaya sehingga tidak berobat.
DO :
|
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan
|
Tidak
akurat dan tidak lengkap
informasi yang ada
|
3. Intervensi
Dx
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
1. Mengkaji
fungsi respirasi antara lain suara, jumlah irama dan kedalaman napas serta
catat juga mengenai otot napas tambahan.
2. Mencatat
kemampuan untuk mengeluarkan sekret / batuk secara efektif.
3. Mengatur
posisi tidur semi atau high fowler.
4. Membantu
pasien untuk batuk secara efektif dan menarik napas dalam.
5. Memebrikan
minum kurang lebih 2500 ml/hai, menganjurkan untuk minum dalam kondisi hangat
jika tidak ada kontraindikasi.
6. Meberikan O2
udara inspirasi yang lembap
7. Memberikan
pengobatan atas indikasi :
- Agen
mukolitik : Acetylcistein
- Bronkodilator
: Theophyline, Oxtriphyline
- Kortikosteroid
: Dexamethasone
8. Memberikan
agen anti infeksi:
- Obat primer :
Isoniazid, Ethambutol, Rifampin
- Pyrazinamide,
Para Amino Salicilic, Steptomycin
9. Monitor
pemeriksaan laboratorium (sputum)
|
1. Adanya
perubahan fungsi respirasi dan penggunaan otot tambahan menandakan kondisi
penyakit yang masih dalam kondisi penanganan penuh.
2. Ketidakmampuan
mengeluarkan sekret menjadikan timbulnya penumpukan sekret berlebihan pada
saluran pernapasan
3. Posisi semi/
high fowler memberikan kesempatan paru-paru berkembang secara
maksimal akibat diafragma turun ke bawah.
4. Batuk efektif
mempermudah ekspektorasi mukus.
5. Air digunakan
untuk menggantikan keseimbangan ccairaan tubuh akibat cairan banyak keluar
melalui pernapsan. Air hangat juga mempermudah pengenceran sekret melalui
proses konduksi yang mengakibatkan arteri pada area sekitar leher
vasodilatasi dan mempermudah cairan dalam pembuluh darah dapat diikat oleh
mukus sekret.
6. Berfungsi menungkatkan
kadar tekanan parcial O2 dan saturasi O2 dalam darah
7. Berfungsi
untuk mengencerkan dahak
Meningkatkan / memperlebar saluran udara
8. Mempertebal
dinding saluran udara (bronkus)
9. Menurunnya
keaktifan dari mikroorganisme akan menurunkan respons inflamasi sehingga akan
berefek pada berkurangnya produkesi sekret.
|
2
|
1. Mendokumentasikan
status nutrisi pasien, serta mencatat turgor kulit, berat badan saat ini,
tingkat kehilangan berat badan, integritas mukosa mulut, tonus perut dan
riwayat nausea/vomit atau diare.
Memonitor intake dan output dan berat badan secara
terjadwal.
2. Memberikan
oral care sebelum dan sesudah pentalaksaan respiratori
3. Menganjurkan
makan sedikit, tapi sering dengan diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
4. Menganjurkan
keluarga untuk membawa maknaan dari rumah terutama yang disukai
oleh pasien dan kemudian makan bersama pasien jika tidak ada kontraindikasi.
5. Menganjurkan
kepada ahli gizi untuk menentukan kompisisi diet
6. Memonitor
pemeriksaan laboratorium : BUN, serum protein, dan albumin.
7. Memberikan
vitamin sesuai indikasi
|
1. Menjadi data
fokus untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya.
2. Meningkatkan
kenyamanan daeerah mulut sehingga akan meningkatkan perasaan nafsu makan.
3. Meningkatkan
intkae makanan dan nutrisi pasien, terutama kadar protein tinggi yang dapat
meningkatkan mekanisme tubuh dalam proses penyembuhan.
4. Merangsang
pasien untuk bersedia meningkatkan intake makanan yang berfungsi sebagai
sumber energi bagi penyembuhan.
5. Menentukan
kebutuhna nutrisi yang tepat bagi pasien
6. Mengontrol
keefektifan tindakan terutama dengan kadar protein darah
7. Meningkatkan
kompisisi tubuh akan kebutuhan vitamin dan napsu makan pasien.
|
3
|
1. Jelaskan aktivitas dan faktor yang
meningkatkan kebutuhan oksigen
2. Seperti merokok. suhu sangat
ekstrim, berat badan kelebihan, stress.
3. Secara bertahap tingkatan
aktivitas harian klien sesuai peningkatan toleransi.
4. Memberikan dukungan emosional dan
semangat
5. Setelah aktivitas kaji respon
abnormal untuk meningkatkan aktivitas.
|
1. Merokok, suhu ekstrim dan stress
menyebabkan vasokastriksi yang meningkatkan beban kerja jantung dan
kebutuhan oksigen, berat badan berlebihan, meningkatkan tahapan perifer yang
juga meningkatkan beban kerja jantung.
2. Mempertahankan pernafasan lambat,
sedang dan latihan yang diawasi memperbaiki kekuatan otot asesori dan fungsi
pernafasan.
3. Rasa takut terhadap kesulitan
bernafas dapat menghambat peningkatan aktivitas.
4. Intoleransi aktivitas dapat dikaji
dengan mengevaluasi jantung sirkulasi dan status pernafasan setelah
beraktivitas.
|
4
|
1. Mengkaji
patologi penyakit (fase aktif dan inaktif) dan potensial penyebaran infeksi
melalui airbone droplet selama batuk, bersin, meludah, berbicara, tertawa,
dll
2. Mengidentifikasi
resiko penularan terhadap orang lain seperti anggota keluarga dan teman dekat
3. Menganjurkan
penggunaan tissue untuk membuang sputum. Mereview pentingnya mengontrol
infeksi, misalnya dengan menggunakan masker.
4. Memonitor
suhu sesuai indikasi.
|
1. Untuk
mengetahui kondisi nyata dari masalah pasien fase inaktif tidak berarti tubuh
pasien sudah terbebas dari kuman tuberkulosis.
2. Mengurangi
reisiko anggota kelurga untuk tertular dengna penyakit yang sama dengna
pasien.
3. Penyimpanan
sputum pada wadah yang terinfeksi dan penggunaan masker dapat meminimalkan
penyebaran infeksi melalui droplet.
4. Peningkatan
suhu menandakan terjadinya infkesi sekunder.
|
5
|
6. Kaji
kemampuan pasien untuk belajar
7. Identifikasi
gejala yang harus dilaporkan ke perawat
8. Berikan
instruksi dan infromasi tertulis
9. Anjurkan
klien untuk tidak merokok\
10. Kaji
bagaimana TB ditularkan
|
1. Belajar
tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan
inndividu
2. Dapat
menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang
memelukan evaluasi lanjut
3. Informasi
tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi
4. Meskipun
merokok tidak merangsang berulangnya TB tetapi meningkatkan dsifungsi
pernapasan
5. Untuk mengatahui
bagaimana proses penularan
|
BAB III
PENUTUP
Penyakit
TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang
pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan serta dimana
saja. Cara penularan nya pun mudah, penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersihkan.
Pengobatan tuberkulosis
terutama pada pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu yang lama.
Obat-obat dapat juga digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada
seseorang yang sudah terjangkit infeksi. Penderita tuberkulosis dengan gejala
klinis harus mendapat minuman dua obat untuk mencegah timbulnya strain yang
resisten terhadap obat.
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah
(Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995).
Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001).
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta
:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar